Beranda | Artikel
Mukadimah Brifing
Jumat, 7 September 2018

Mukadimah Brifing Santri Ma’had al-Mubarok
Semester Genap Tahun Ajaran 1439 – 1440 H

Bismillah, dengan memohon pertolongan dan taufik dari-Mu, Ya Allah…

Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Rabb seru sekalian alam, yang dengan nikmat-Nya pula kita bisa mengenal agama Islam dan belajar untuk mencintainya. Salawat dan salam semoga tercurah kepada hamba dan utusan-Nya, yang telah mengajarkan kepada kita petunjuk dan agama yang benar demi mengentaskan umat manusia dari berlapis-lapis kegelapan menuju cahaya. 

Amma ba’du.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, saudara-saudaraku segenap penimba ilmu dan santri Ma’had al-Mubarok -semoga Allah memberkahi umur dan kehidupan kita- salah satu nikmat besar yang diberikan Allah kepada kita adalah nikmat belajar ilmu agama Islam. Sebab dengan belajar itu seorang muslim akan dapat memahami ajaran agama dan beribadah kepada Allah dengan landasan ilmu dan keyakinan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan niscaya Allah pahamkan ia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ilmu agama merupakan pondasi untuk setiap ucapan dan amalan serta keyakinan. Oleh sebab itu para pendahulu kita sangat memperhatikan ilmu, bahkan mereka menilai bahwa kebutuhan terhadap ilmu itu jauh lebih mendesak daripada kebutuhan kepada makanan dan minuman. Ilmu merupakan sebab hidupnya hati. Ilmu bagaikan ruh bagi tubuh dan laksana cahaya bagi alam semesta. Ilmu inilah yang akan membuka jalan-jalan menuju surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu (agama) maka Allah akan mudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Sebagai salah satu upaya kita untuk mencari ilmu agama, kita pun berkumpul dalam wadah dan sarana belajar berupa program Ma’had al-Mubarok ini. Melalui program ini kita berusaha untuk menyerap bimbingan Allah dan Rasul-Nya yang diterangkan oleh para ulama dan ahli agama. Melalui majelis-majelis ilmu itulah kita berupaya untuk meniti jejak generasi terbaik umat ini; yaitu generasi para sahabat radhiyallahu’anhum ajma’in. Mempelajari kandungan ayat-ayat al-Qur’an beserta penjelasan dari hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para sahabat adalah generasi terdepan yang mewujudkan kandungan dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Sebagaimana telah dijelaskan oleh para ulama bahwa yang dimaksud mempelajari al-Qur’an tidak berhenti pada cara membaca atau tajwidnya, tetapi tercakup di dalamnya -bahkan itu merupakan maksud pokok- ialah memahami kandungan ajaran dan ilmunya. Karena Allah menurunkan al-Qur’an ini penuh dengan keberkahan supaya direnungkan ayat-ayatnya. Sebuah kitab yang tidak mengandung sedikit pun keraguan dan menjadi petunjuk bagi kaum yang bertakwa. Dengan mempelajari dan mengamalkannya manusia akan menjadi mulia, dan sebaliknya dengan meninggalkan dan mencampakkan ajarannya manusia menjadi rendah dan hina. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah akan memuliakan dengan Kitab ini beberapa kaum, dan akan merendahkan dengannya kaum-kaum yang lain.” (HR. Muslim)

Saudaraku yang dirahmati Allah, perjalanan untuk menimba ilmu adalah bagian dari jihad dan perjuangan untuk membela agama Islam. Bahkan disebutkan oleh sebagian ulama bagi orang yang mencari ilmu agama untuk menghidupkan ajaran agama Islam, maka dia akan mendapatkan derajat shiddiqin; yang ia berada di bawah derajat kenabian. Seorang ulama salaf mengatakan, “Barangsiapa yang beranggapan bahwa berangkat di pagi hari atau di sore hari untuk menimba ilmu agama bukan termasuk bagian dari jihad; maka sungguh akal dan pikirannya kurang beres…”

Di dalam surat al-Furqan -yang ia turun di Mekah; padahal di Mekah belum turun kewajiban untuk berjihad secara fisik- Allah berfirman (yang artinya), “Dan berjihadlah melawan mereka dengannya; sebuah jihad yang sangat besar.” Yang dimaksud jjihad ‘dengannya’ di dalam ayat itu -sebagaimana diterangkan para ulama adalah jihad dengan al-Qur’an. Maksudnya berjihad dengan ilmu… Seorang yang serius menimba ilmu maka tentu dia akan berjihad/berjuang untuk menundukkan hawa nafsunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang mujahid itu adalah orang yang berjuang menundukkan dirinya dalam ketaatan kepada Allah.” (HR. Ahmad)

Menimba ilmu agama bukan hanya jihad, bahkan ia merupakan bagian dari ibadah kepada Allah. Inilah ibadah yang disebut oleh para ulama dengan istilah ibadah sirr/rahasia. Karena dengan ilmu seorang hamba bisa merubah amalan kecil menjadi berbuah pahala besar yang berlipat ganda, sebaliknya tanpa ilmu seorang justru bisa membuat amal-amalnya yang besar menjadi kecil nilainya atau bahkan tidak memetik pahala sama sekali darinya. Karena ilmu adalah jalan untuk bisa meluruskan niat, dan niat itulah yang akan bisa meluruskan amalan. Sementara letak niat dan keikhlasan itu adalah di dalam hati. Seorang ulama ahli ibadah dan mujahid tulen Abdullah Ibnul Mubarok rahimahullah berkata, “Betapa banyak amalan kecil menjadi besar karena niatnya, dan betapa banyak amalan besar justru menjadi kecil juga karena niatnya.”  

Sudah semestinya kita belajar dan meneladani para ulama terdahulu yang berusaha untuk mengisi waktunya dengan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhiratnya. Dan ilmu merupakan bagian penting untuk mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Bukankah kita sering berdoa kepada Allah ‘Rabbanaa aatinaa fid dun-ya hasanah, wa fil aakhirati hasanah wa qinaa ‘adzaaban naar’ yang artinya, “Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa neraka.” Para ulama menafsirkan bahwa termasuk kebaikan di dunia itu adalah ilmu dan ibadah… (silahkan lihat sebuah kitab karya Imam al-Ajurri rahimahullah yang berjudul Akhlaq al-’Ulama’)

Oleh sebab itu dalam kesempatan yang berbahagia ini, sepantasnya kita untuk berusaha meningkatkan syukur kita kepada Allah atas nikmat ilmu dan hidayah Islam. Kita harus menyadari bahwa nikmat apapun dan prestasi apapun yang kita peroleh semua datangnya dari Allah, dan kita wajib memuji Allah dan menghindari ujub, serta kita harus menggunakan nikmat-nikmat ini untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah. Sebab suatu nikmat yang tidak membuat kita dekat kepada Allah pada hakikatnya adalah malapetaka. Seorang ulama salaf berkata, “Setiap nikmat yang tidak semakin menambah dekat kepada Allah sesungguhnya adalah malapetaka.”

Karena itulah kita memohon kepada Allah agar tidak menjadikan ilmu yang kita miliki sebagai hujjah/argumen yang menjatuhkan kita di hadapan-Nya, kita mohon kepada Allah -dan Dia adalah dzat yang paling penyayang diantara segenap penyayang- untuk melimpahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat, hati yang khusyu’, dan hawa nafsu yang tunduk kepada syari’at-Nya. Jangan sampai kita termasuk golongan orang yang disindir oleh para ulama :

‘Mereka lari dari penghambaan yang menjadi tujuan penciptaan’

‘Maka mereka pun terjebak dalam penghambaan kepada hawa nafsu dan setan’

Demikian sedikit pengantar untuk membuka kegiatan brifing santri Ma’had al-Mubarok Semester Genap Tahun Ajaran 1439 – 1440 H. Semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan kita, dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang istiqomah di atas agama-Nya. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Yogyakarta, menjelang akhir Dzulhijjah 1439 H

Panitia Program Ma’had al-Mubarok
Yayasan Pangeran Diponegoro

Website : www.al-mubarok.com
Kontak Informasi : 0853 3634 3030 (wa)


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/mukadimah-brifing/